Terlepas dari pro kontra perayaan maulid, saya ingin mengucapkan dari hati yang sedalam-dalamnya kebahagiaan yang sebahagia-bahagianya menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ini adalah peringatan bagi diri pribadi saya sekaligus, momentum semoga kita bisa meneladai sosok beliau yang luar biasa hebat itu.
Pada kesempatan ini sedikit saya mengingatkan pada diri saya dan tentu para pembaca sekalian yang membaca postingan ini, berikut intisari dari ceramah Habib Umar bin Hafidz mengenai maulid yang saya tulis. Sangat mungkin beda dengan apa yang beliau sampaikan, namun kita tetap dapat mengambil intisarinya dengan kebijaksanaan masing-masing.
Telah kita ketahui bersama,
kita cari tahu kabar sosok ini,
diantaranya kabar kelahirannya SAW.
Kita dapatkan suatu kelahiran yang diistimewakan Allah...
yang dikhususkan Allah...
yang dimuliakan Allah...
yang diagungkan Allah SWT.
Apakah ada orang-orang yang dilahirkan sebelum Nabi Muhammad dan sesudah Nabi Muhammad,
Bayi mana yang keluar dari perut ibunya lalu tersungkur bersujud, selain bayi ini?
Bayi mana yang keluar dari perut ibunya lalu menengadahkan matanya kelangit lalu keluar cahaya darinya kearah langit?
Bayi mana yang saat kelahirannya berhala-berhala di dunia terbalik?
Bayi mana saat kelahirannya api-api yang disembah selain Allah menjadi padam? Api-api itu berumur 1000 tahun dan memiliki para penjaga yang selalu menyalakannya, lalu padam saat kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Apakah kelahiran ini sama seperti yang lainnya?
Demi Allah, seperti siapa?
Seperti kelahiran Anda atau kelahiran paman Anda?
Seperti kelahiran siapa ini?
Tidak ada yang sepertinya sebelum dan sesudahnya,
ini dibedakan oleh Allah SWT, dihususkan.
Beliau berkata pada hadistnya yang shohih,
"sungguh ibuku telah melihat cahaya ketika melahirkanku yang menyinari istana-istana negeri Syam"
Demi Allah... apa ini kelahiran biasa?
Apa kelahiran biasa seperti yang lainnya?
Beliau berkata,
"Aku adalah mimpi ibuku yang telah bermimpi, begitu pula ibu-ibu para Nabi bermimpi, sungguh ibuku melihat cahaya ketika melahirkanku, ia melihat dari cahaya itu istana-istana Busra."
Kelahiran ini berbeda.
Jika telah kita singggung keistimewaan yang telah diberikan Allah pada bayi ini,
menurut Anda...
dengan memperingatinya apakah kita mencari ridho Allah atau murka-Nya??
Menurut Anda...
apakah dengan memperingatinya kita mendekatkan diri kepada Allah atau menjauhi-Nya??
Allah.. Allah.. Allah..
kita baca di Shahih Muslim bahwa seseorang pernah bertanya tentang ibadah kepada beliau, namun beliau malah menyebutkan kelahiran.
Jika memperingatinya tidak ada faedah,
kenapa wahai Rasulullah orang tidak bertanya tentang kelahiranmu...?? atau kapan itu atau waktunya,
tapi Engkau malah menyebutkan kelahiran padanya,
ia berkata "wahai Rasul puasa hari Senin apa pendapatmu tentang puasa hari Senin?
dengarkanlah jawabannya....
beliau tidak katakan pahalanya begini dan ganjarannya begini,
jawaban beliau "Itu hari aku dilahirkan"
Apa ini?
Beliau peduli terhadap kelahirannya ataukah tidak peduli?
Beliau mengagungkan kelahirannya ataukah menghinakannya?
"Itu hari aku dilahirkan"
Orang yang mengikuti sunnahnya tahu kebesaran hari itu atau malah meremehkannya??
Jika Anda mengikuti sunnahnya,
Beliau sendiri berkata, "Itu adalah hari kelahiranku dan sebaik-baik puasa adalah di hari itu."
Datang di riwayat Shahih Muslim, di riwayat Imam Hakim dan Baihaqi,
Beliau bersabda,
"di hari itu aku diangkat menjadi Nabi, diturunkan padaku Al-Qur'an, aku di Israkan, dan di hari itu aku datang ke Madinah, di tengah-tengah Madinah."
Artinya jika peringatan-peringatan tentang diriku berkaitan dengan hari, maka ketahuilah kemuliaan hari itu, dan istimewakan hari itu dengan ibadah semaumu,
inilah makna jawaban beliau SAW.
Inilah hari aku dilahirkan dan sebaik-baik puasa adalah hari itu,
dihari itu diturunkan Al Qur'an padaku,
aku di Isra' kan,
dihari itu aku hijrah,
dan dihari itu aku datang ke Madinah.
Sholawat Allah atasnya dan hak atas keluarganya dan sahabatnya, dan orang-orang yang dekat dari kekasih-kekasih Nya
0 comments:
Post a Comment